Berita NTB
Nasional
LOMBOK TENGAH (sasambonews)-Kelompok Tani Layari Dua Desa Kopang Rembiga Kecamatan Kopang binaan KIM Beriuk Pacu Desa Kopang Rembiga mewakili Provinsi NTB pada lomba kelompok tani komoditi jagung tingkat nasional.
Kelompok Tani Binaan KIM Loteng Wakili NTB Tingkat Nasional
Dwi Sriawan, Ketua KIM Beriuk Pacu |
Sebelumnya pada lomba
yang sama tingkat provinsi kelompok tani pimpinan Hirjan berhasil menjadi juara
I dan berhak mewakili NTB ke tingkat nasional. Menurut rencana kamis
14/8 besok tim penilai dari Kementerian Pertanian RI akan mengunjungi kelompok tani
untuk melakukan penilaian.
Ketua Kelompok
Informasi Masyarakat (KIM) KIM
Beriuk Pacu Desa
Kopang Rembiga Kecamatan Kopang Dwi Sriawan mengatakan komoditi jagung menjadi
andalan kelompok tani Layari Dua sebab hasil produksi jagung cukup bik.
Berdasarkan catatan
Dwi, produksi jagung dalam satu hektar mencapai 9-11 ton perhektarnya dengan
biaya produksi Rp.7,8 juta dengan harga kotornya sebesar Rp. 17,6 juta. “Jika
kita hitung bersihnya maka keuntungan yang kiat dapatkan dari satu hektar sebesar
Rp.9,7 juta” jelasnya yang ditemui di ruang Bagian Humas dan Protokol Setda
Loteng itu.
Menurutnya, jika
dibandingkan dengan biaya menanam tembakau dalam satu hektar maka keuntungan
yang diperoleh dari menanam jagung masih lebih baih dibandingkan dengan menanam
tembakau. Karena itu, melihat hasilnya yang cukup menjanjikan maka masyarakat
khususnya anggota kelompok tani Layari Dua
lebih memilih menanam jagung ketimbang tembakau.
“Kita sudah bandingkan antara satu hektar lahan pertanian tanaman jagung dengan
satu hektar menanam tembakau yang sama sama menyewa lahan, maka keuntungan
produksi jagung lebih menguntungkan ketimbang tembakau termasuk juga resiko
kerugian lebih kecil dibandingkan tembakau” jelasnya.
Saat ini kelompok tani
Layari Dua memiliki luas lahan sebanyak 25 hektar namun yang ditanami jagung
baru 15 hektar. Yang
menjadi persoalan kata dia adalah pemasaran hasil produksi dimana saat ini
belum ada jaringan kemitraan yang dibangun dengan perusahaan karena itu
penjulan hasil produksi masih bersifat lokal. “setiap panen, kita kesulitan
dipenjualan atau pemasaran sebab tiak semua hasil panen bisa terserap, karena itu kita butuh
bantuan ataupun uluran tangan dari semua pihak termasuk pemerintah daerah”
jelasnya.
Terkait masalah modal
Dwi mengatakan sejauh ini permodalan berasal dari modal sendiri dan sebagian
juga dari bantuan pemerintah dan pinjaman dari lembaga finansial. “Kita juga
kekurangan modal,s ebenarnya banyak petani kita yang akan menanam namun
terbentur modal” jelasnya. (ril)
Via
Berita NTB
Posting Komentar