Opini
Politik dan Hukum
Melongok Sepak Terjang Peminat Cabup-Cawabup Loteng 2015 (bagian 6)
Balap Sandal Bakiak, Ajang Pembuktian Loyalis Maiq Meres
Pejabat merupakan salah satu elemen penting dalam pilkada
2015 mendatang. Karena itu penting untuk membuktikan loyalitas dari pejabat tersebut
sebab seiring dengan isu bakal majunya H.L.Suparayatno-L.Fathul Bahri pada
pilkada mendatang, loyalitas pejabat mulai mengendor. Dikabarkan pejabat Lombok
Tengah terpecah menjadi dua yakni loyalis maiq Meres dan juga loyalis mantan Wabup
H.L.Suprayatno. Tidak dipungkiri loyalis H.L.Suprayatno masih cukup banyak
terutama di kalangan pejabat eselon III dan IV termasuk terindikasi ada
beberapa pejabat eselon II. Nah untuk membuktikan loyalitas dari pejabat
tersebut kepada Maiq Meres, berbagai kegiatan yang sifatnya menguji loyalitas
dilaksanakan Bupati seperti halnya lebaran topat, malam takbiran hingga
kegiatan lainnya. Selama ini pejabat tersebut masih terlihat kompak dan
menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada Suhaili-Normal. Ujian terakhir yang
menguji loyalitas pejabat adalah lomba Sandal Baqiak antar kepala Dinas dan
Kepala Kantor dalam rangka menyemarakkan HUT RI ke 69 di lapangan Muhajirin
Praya.
Entah apakah hanya sekedar gertak saja atau hanya ingin
melihat sejauh mana perintahnya didengar pejabat, Bupati H.M.Suhaili
memerintahkan kepada seluruh kepala dinas dan Kepala Kantor untuk mengikuti
lomba Baqiak tanpa terkecuali bahkan dia siap menjadi contoh bersama dengan
Wabup untuk ikut lomba meskipun hanya gertak saja. Ternyata tidak satupun dari
pejabat yang menentang perintahnya. Seluruh kepala dinaspun ramai ramai membuka
jas untuk ikut lomba Baqiak bahkan beberapa pejabat masih menggunakan jas.
Menjelang berakhirnya masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati
2015 mendatang, Suhaili memang beharap para kepala dinas itu masih loyal kepadanya.
Hal itu penting artinya untuk memberikan semangat dan suport dalam rangka
menghadapi pilkada 2015 mendatang sayang pejabat eselon III dan IV belum teruji
secara langsung.
Sebenarnya dalam undang undang pemilu maupun dalam undang
undang ASN, PNS diharamkan untuk ikut berpolitik praktis baik dalam pemilu
legislatif, pilpres maupun pilkada namun demikian tidak sedikit dari pejabat
itu yang tidak tergerus oleh permainan politik sang penguasa. Akibatnya ancaman
non job mengiringi perjalanan karir pejabat tersebut terutama yang didukung
tidak terpilih kembali karena itu penting artinya dalam menjaga netralitas PNS.
Sejauh ini sejumlah bakal calon bupati dan wakil bupati yang
menjadi pesaing Maiq Meres sudah mencatat nama nama kepala dinas ataupun
pejabat yang menjadi loyalis Maiq Meres. Berharap menang pada pilkada
mendatang, maka pejabat Loyalis Maiq Meres itupun dipastikan menjadi
pengangguran alias non job. “Kita berharap pejabat itu netral sebab jika tidak
mereka tahu resikonya” kata salah seorang bakal calon yang tidak mau disebutkan
namanya.
Sebenarnya seluruh pejabat itu berniat netral pada setiap
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah akan tetapi ambisi jabatan telah
merusak sendi sendi netralitas pejabat itu sendiri terlebih lagi jabatan tidak
lagi menjadi jabatan karir akan tetapi pemberian dari penguasa sebab penguasa
adalah pejabat politik tentu mereka yang ada jasa politiknya yang akan
diberikan jabatan. Berbeda ketika bupati dan wakil bupatinya dari jabatan karir
tentu pejabat yang akan ditempatkan adalah para pejabat kompetitor, sayang
tidak ada dalam kamus perpilitikan dan ketatanegaraan di Indonesia mengenai
kepala daerah dari jabatan karir.
Kini PNS tinggal memilih antara netral atau ikut dalam
politik praktis meskipun semu. Resiko ditanggung sendiri sendiri.
Via
Opini
Posting Komentar