Opini
Menyoroti Sepak Terjang Peminat Cabup-Cawabup Loteng 2015 (Bagian 9)
Waspada Saling Fitnah Mulai Muncul Jelang Pilkada
Pemilihan Kepala Daerah kurang lebih tinggal 1 tahun lagi
namun konstalasi politik mulai memanas. Saling finah, saling sindir bahkan ucapan
bernada tudingan kepada kandidat maupun dari kandidat kepada orang per orang
mulai menyeruak ke permukaan. Hal ini hendaknya diwaspadai oleh para kendidat
maupun para tim sukses masing masing calon dan juga masyarakat.
Saling finah dan pembunuhan karakter berpotensi memicu
komplik vertikal dan horizontal ditengah masyarakat bahkan kebencian yang amat
dalam. Karena itu hendaknya para kandidat, tim sukses, simpatisan maupun
pendukung menjaga lidah atau lisan agar tidak terjadi ketersinggungan satu dengan
yang lain sebab apa yang difinah atau dituduhkan kepada orang tersebut belum
jelas kebenarannya. Jelas itu dosa besar yang tidak akan pernah terampuni Allah
SWT selama yang dituduh atau difinah itu belum memaafkannya. Selain itu
menebarkan teror dan fitnah ke masyarakat maupun ke para kandidat akan
mencedrai proses berdemokrasi di Lombok Tengah yang selama ini berjalan dengan
baik.
Selama ini beredar kabar atau semacam finah yang dinilai keji
oleh yang difinah yaitu ditangkapnya ajudan Bupati Lombok Tengah Amrozi oleh
KPK ataupun finah yang mengatakan bupati Loteng ditangkap KPK dengan dugaan
kasus korupsi sampai sampai ada yang berani bertaruh bupati tidak akan kembali
lagi ke Loteng padahal Bupati Lombok Tengah sendiri kamis pagi memimpin apel
pagi di halaman kantor bupati. Memang ada pernyataan anggota KPK di sejumlah
media saat berkunjung ke Mataram beberapa waktu lalu yang menyatakan salah satu
Bupati di NTB yang namanya masih dirahasiakan menjadi target KPK namun tidak
lantas menyebut individu tanpa ada fakta. Sebaiknya kita tunggu siapa
sebenarnya yang dimaksudkan oleh KPK tanpa harus kita mendahuluinya.
Ini jelas memicu
keresahan ditengah masyarakat. Bupati sendiri menanggapi isu dengan santai. “itu
isu murahan” kata Bupati kepada wartawan ini via telepon beberapa malam yang
lalu.
Sebaliknya bagi bupati ataupun pemerintah daerah, apa yang
menjadi isu sekarang ini hendaknya segera ditepis dan diluruskan ke masyarakat
agar tidak membias dan juga segala isu yang dibisikkan oleh para pembisik
berwatak jahat hendaknya Bupati tidak lantas menerima dan menelannya mentah
mentah namun segera dicross chek kebenarannya agar tidak menjadi “dose bande”
sehingga persoalan itu segera clear.
Kita menyadari semua bahwa diantara para peminat calon bupati
dan wakil bupati ada orang orang dekatnya ataupun orang kepercayaannya. Namun
tidak sedikit dari mereka yang mengaku dekat dengan para peminat itu bermuka
dua atau berwatak “Iblis” dengan memanfaatkan nama besarnya untuk kepentingan
pribadi dan kelompok. Pintar mencari muka dan menebar isu isu tidak sedap.
Parahnya kita lantas lekas percaya dan emosional menanggapinya sehingga
rasionalitas berfikir kita menjadi berantakan. Untuk itu perlu selektif
terhadap informasi yang masuk ke telinga kita sembari melakukan chek and balance.
Boleh mempercayai orang namun tidak lantas memberikan
kepercayaan itu sepenuhnya sebab terkadang sahabat bisa menjadi musuh dan
sebaliknya musuh lambat laun justru menjadi sahabat paling setia. Sebaiknya
sekarang mulai menyapa dan mempercayai keluarga sebab sejelek jeleknya keluarga
dia akan tetap menjadi keluarga yang akan “bele bantel” sebaliknya seorang
sahabat ataupun teman dekat hanya sebatas sahabat setelah tidak ada kepentingan
merekapun akan meninggalkannya.
Mungkin saran ini penting bagi para peminat calon bupati
untuk menyapa dan mendekati keluarga sebab baik buruknya keluarga akan tetap
menjadi keluarga yang akan menbelanya nanti.
Sebaliknya seorang keluarga harus bisa menjaga kehormatan dan
kewibawaan keluarganya, tidak justru merecokin dan mencari kesempatan ditengah
kekuasaan yang nantinya justru akan merusak nama baik keluarganya itu sendiri. Seorang
ilmuan Amerika mengatakan kebanyakan seorang pemimpin itu rusak oleh ulah
keluarganya. Oleh karena itu hendanya jika mengaku keluarga sebaiknya menjaga
nama baik keluarganya sebab penggunjing lebih mudah daripada yang digunjing,
jika sudah menjadi pergunjingan maka akan sangat sulit untuk dibikin baik lagi,
seperti pepatah mengatakan “jika tubuh terkena pedang masih ada obatnya namun
jika lidah mengenai hati, hendak kemana mencari obat”.
Pesan ini berlaku untuk diri saya sendiri maupun orang lain.
Via
Opini
Posting Komentar