Berita NTB
Nasional
Lotim, (sasambonews)-Ratusan Mahasiwa Progran Study pendidikan Sejarah pada
sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu pendidikan ( STKIP ) Hamzanwadi
Selong menggelar Napak tilas kesejarahan di Makam pahlawan Selong
Jum’at (15/8).
Ratusan mahasiwa yang didampingi puluhan tenaga dosen ini berangkat
dari Kampus STKIP sekitar pukul 13.00 wita menuju makam pahlawan.
mereka berdo’a dengan khusuk terhadap arwah para pahlawan Lombok
Timur yang berjuang mengusir penjah puluhan tahun lalu.
Pada kesempatan itu Ketua Prody Pendidiakn Sejarah Badarudian, M.Pd
memberikan orasi refleksi perjuangan para pahlawan Kemerdekaan, Ia
mengatakan usaha mengusir jepang dari daerah Lombok Timur banyak
menuai konflik internal dari para pejuang kita sendiri, atas hasutan
yang rapi dari kolonial jepang. Sehingga aksi perjuangan rakyat sering
kandas ditengah jalan.
Usaha –usaha penghasutan antar suku dan agama berhasil dilakukan oleh
Jepang, salah satunya adalah usaha mengkriminalisasi suku tiong hoa di
Daerah ini. Dengan memprovokasi bahwa suku tiong hoa tidak mengakui
kedaulatan NKRI sehingga suku ini tidak disukai oleh rakyat sendiri,
selain itu jepang juga meminta agar suku Tiang Hoa tidak dilayani
bertransaksi di pasar, tidak diberikan air dan diminta mengembalikan
alat-alat seperti cikar, dokar dan harta benda lainnya yang diberikan
kepada rakyat.
Akibat dari tekanan, hasutan serta rintangan dari para penentang
kemerdekan, jelang maret 1946, pimpinan API dan BKR Lombok Timur
melakukan tinjauan ke desa-desa, untuk dilaporkan kepada pimpinan
daerah Lombok Barat saat itu, terhadap sistuasi itupun para pemuda
tidak putus asa melakukan komunikasi. Salah satu pimpinan BKR ( Badan
Keamanan Rakyat ) Potrajab memperkarsai pertermuan-pertemuan dengn
berbagai utusan dari Lombok Barat dan Lombok Tengah untuk merencakan
serangan serentak terhadap pendudukan Jepang diseluruh Lombok. Dan
Rencana pernyerangan jepang itu Kata Badarudian, ditetapkan pada
tanggal 18 Maret 1946 .
Pergerakan mengusir kolonialime jelas Badarudain, tidak semanis yang
dibayangkan, perbedaan pendapat dan loyalitas para elit terhadap
perintah Jepang mewarni pergerakan para pejuang daerah ini. Dalam
konteks kekinian Jelasnya pada praktiknya masih terjadi. Banyak para
elit memiliki nasionalis semu, dengan menjual asset Negara kepada
asing, mereka tunduk bahkan betekuk lutut dibawah bendera lembara
dolar asing dengan mengorbankan rakyat.
Perselingkuhan nasionalisme semu dengan pihak asing sesungguhnya
bagaian dari colonial itu sendiri, namun sedikit rakyat yang
menyadari dampak negative dari sikap itu.
Selaian itu mempertahan kedaulatan NKRI bukan terletak pada
peningkatan peralatan alusista, padahal memperucing perbedaan suku dan
ras merupakan potensi pemecahan NKRI sangat dahsat, dan tentunya pihak
asing tidak akan segan-segan mendanai memperuncing perbedaan suku dan
ras ini, sampai bangsa ini pada titik kulminasi, pepecahan dan
kehilangan rasa kebangsaan dan melupakan deretan sejarah masa lalu
sehingga bangsa ini sampai pada pintu kemerdekaan 17 Agustus, setelah
menyadari bahwa selama musim perjauangn sering di obok-obok perbedaan
anak bagsa itu sendiri.
Senetara itu Akademi Senior lainnya Dr. Jujuk Perdianto dan Dr.
Habibudian mengatakan bahwa napak tilas yang diprakarsai Prodi
sejarah ini juga bertujuan agar mahasiswa dan masyarakat tidak begitu
saja melupakan deretan penderitaan yang dialami oleh para perjung
kemerdekaan.
Ia yakain penanan sikap nasionalime harus dimulai dari pengenagan
sejarah herok masa lalu, sehingga pada saatnya anati anak bangsa yang
menjadi daftar tunggu pengendali mesin pembangunan selalu merumuskan
kebijakan pembangunan nasional diatas semangat nasionalisme. Dan anti
menghianati NKRI dalam bentuk apapun, termasuk sikap tidak terpuji
seperti koruspi, kolusi dan nepotisme ( KKN).
“ kita sudah merdeka 69 tahun lamanya, namun pada praktiknya
memperbesar perbedaan belum bias kita hapus dan potensi pemecah NKRI
yang lebih hebat dari senjata pemusnah massal,” Tegas Jujuk yang juga
Alumnus Universitas Negeri Malang ini.
Hal yang sama juga diaungakap Habiburahman, menurutnya moderenisasi
modus korupsi dengan cara pencucian uang saat ini, merupakan akibat
belum paripurnanya rasa nasionalisme bangsa ini. Pada saat masa
perjuangan pihak asinglah yang memakan mentah-mentah tubuh rakyat
Indonesia, sebaliknya pasca kemerdekaan sesame anak bangsa memutilasi
tubuh sesame anak bangsa sendiri, dengan memakan hak melalaui
kebijakan penjualan asset bangsa kepada pihak asing.
“ Bukankah korupsi dan penjualkan asset kepada asing, adalah tindakan
mensekaratakan anak bangsa, sehingga mereka putusa asa
ber-Inodonesia,” Tegas yang juga alumnus Universitas negeri
Yogyakarta ( UNY) ini.
Sementara itu Sekretaris Prody Sejarah Abdul rasyad, M.Pd mengatrakan
kegiatan napak tilas kedepana akan melibatkan siswa SMP dan SMA, hal
ini dilakukan untuk menanamkan rasa nasionlisme kepada mereka.
Setelah mendengar orasi refleksi, ratusan mahasiwa ini berangkat
jalan kaki, menuju gedung juang, kemduian melanjutkan perjalanan ke
Labuhan Haji, melakukan hal yang sama dibeberapa temap bersejarah
ditempat itu
RATUSAN MAHASISWA PRODI SEJARAH STKIP, GELAR NAPAK TILAS
Lotim, (sasambonews)-Ratusan Mahasiwa Progran Study pendidikan Sejarah pada
sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu pendidikan ( STKIP ) Hamzanwadi
Selong menggelar Napak tilas kesejarahan di Makam pahlawan Selong
Jum’at (15/8).
Ratusan mahasiwa yang didampingi puluhan tenaga dosen ini berangkat
dari Kampus STKIP sekitar pukul 13.00 wita menuju makam pahlawan.
mereka berdo’a dengan khusuk terhadap arwah para pahlawan Lombok
Timur yang berjuang mengusir penjah puluhan tahun lalu.
Pada kesempatan itu Ketua Prody Pendidiakn Sejarah Badarudian, M.Pd
memberikan orasi refleksi perjuangan para pahlawan Kemerdekaan, Ia
mengatakan usaha mengusir jepang dari daerah Lombok Timur banyak
menuai konflik internal dari para pejuang kita sendiri, atas hasutan
yang rapi dari kolonial jepang. Sehingga aksi perjuangan rakyat sering
kandas ditengah jalan.
Usaha –usaha penghasutan antar suku dan agama berhasil dilakukan oleh
Jepang, salah satunya adalah usaha mengkriminalisasi suku tiong hoa di
Daerah ini. Dengan memprovokasi bahwa suku tiong hoa tidak mengakui
kedaulatan NKRI sehingga suku ini tidak disukai oleh rakyat sendiri,
selain itu jepang juga meminta agar suku Tiang Hoa tidak dilayani
bertransaksi di pasar, tidak diberikan air dan diminta mengembalikan
alat-alat seperti cikar, dokar dan harta benda lainnya yang diberikan
kepada rakyat.
Akibat dari tekanan, hasutan serta rintangan dari para penentang
kemerdekan, jelang maret 1946, pimpinan API dan BKR Lombok Timur
melakukan tinjauan ke desa-desa, untuk dilaporkan kepada pimpinan
daerah Lombok Barat saat itu, terhadap sistuasi itupun para pemuda
tidak putus asa melakukan komunikasi. Salah satu pimpinan BKR ( Badan
Keamanan Rakyat ) Potrajab memperkarsai pertermuan-pertemuan dengn
berbagai utusan dari Lombok Barat dan Lombok Tengah untuk merencakan
serangan serentak terhadap pendudukan Jepang diseluruh Lombok. Dan
Rencana pernyerangan jepang itu Kata Badarudian, ditetapkan pada
tanggal 18 Maret 1946 .
Pergerakan mengusir kolonialime jelas Badarudain, tidak semanis yang
dibayangkan, perbedaan pendapat dan loyalitas para elit terhadap
perintah Jepang mewarni pergerakan para pejuang daerah ini. Dalam
konteks kekinian Jelasnya pada praktiknya masih terjadi. Banyak para
elit memiliki nasionalis semu, dengan menjual asset Negara kepada
asing, mereka tunduk bahkan betekuk lutut dibawah bendera lembara
dolar asing dengan mengorbankan rakyat.
Perselingkuhan nasionalisme semu dengan pihak asing sesungguhnya
bagaian dari colonial itu sendiri, namun sedikit rakyat yang
menyadari dampak negative dari sikap itu.
Selaian itu mempertahan kedaulatan NKRI bukan terletak pada
peningkatan peralatan alusista, padahal memperucing perbedaan suku dan
ras merupakan potensi pemecahan NKRI sangat dahsat, dan tentunya pihak
asing tidak akan segan-segan mendanai memperuncing perbedaan suku dan
ras ini, sampai bangsa ini pada titik kulminasi, pepecahan dan
kehilangan rasa kebangsaan dan melupakan deretan sejarah masa lalu
sehingga bangsa ini sampai pada pintu kemerdekaan 17 Agustus, setelah
menyadari bahwa selama musim perjauangn sering di obok-obok perbedaan
anak bagsa itu sendiri.
Senetara itu Akademi Senior lainnya Dr. Jujuk Perdianto dan Dr.
Habibudian mengatakan bahwa napak tilas yang diprakarsai Prodi
sejarah ini juga bertujuan agar mahasiswa dan masyarakat tidak begitu
saja melupakan deretan penderitaan yang dialami oleh para perjung
kemerdekaan.
Ia yakain penanan sikap nasionalime harus dimulai dari pengenagan
sejarah herok masa lalu, sehingga pada saatnya anati anak bangsa yang
menjadi daftar tunggu pengendali mesin pembangunan selalu merumuskan
kebijakan pembangunan nasional diatas semangat nasionalisme. Dan anti
menghianati NKRI dalam bentuk apapun, termasuk sikap tidak terpuji
seperti koruspi, kolusi dan nepotisme ( KKN).
“ kita sudah merdeka 69 tahun lamanya, namun pada praktiknya
memperbesar perbedaan belum bias kita hapus dan potensi pemecah NKRI
yang lebih hebat dari senjata pemusnah massal,” Tegas Jujuk yang juga
Alumnus Universitas Negeri Malang ini.
Hal yang sama juga diaungakap Habiburahman, menurutnya moderenisasi
modus korupsi dengan cara pencucian uang saat ini, merupakan akibat
belum paripurnanya rasa nasionalisme bangsa ini. Pada saat masa
perjuangan pihak asinglah yang memakan mentah-mentah tubuh rakyat
Indonesia, sebaliknya pasca kemerdekaan sesame anak bangsa memutilasi
tubuh sesame anak bangsa sendiri, dengan memakan hak melalaui
kebijakan penjualan asset bangsa kepada pihak asing.
“ Bukankah korupsi dan penjualkan asset kepada asing, adalah tindakan
mensekaratakan anak bangsa, sehingga mereka putusa asa
ber-Inodonesia,” Tegas yang juga alumnus Universitas negeri
Yogyakarta ( UNY) ini.
Sementara itu Sekretaris Prody Sejarah Abdul rasyad, M.Pd mengatrakan
kegiatan napak tilas kedepana akan melibatkan siswa SMP dan SMA, hal
ini dilakukan untuk menanamkan rasa nasionlisme kepada mereka.
Setelah mendengar orasi refleksi, ratusan mahasiwa ini berangkat
jalan kaki, menuju gedung juang, kemduian melanjutkan perjalanan ke
Labuhan Haji, melakukan hal yang sama dibeberapa temap bersejarah
ditempat itu
Via
Berita NTB
Posting Komentar