Berita NTB
Menyingkap Misteri Gua Putra Kembar Sigar Penyalin Montong Ajan (bagian 1)
Masih Alami, Penuh Dengan Keajaiban
Ada banyak Gua di NTB seperti misalnya gua Tanjung Ringgit,
Gua Belanda di Gili Trawangan dan beberapa gua lain di pulau Lombok dan
Sumbawa. Nah,,,! Di Lombok Tengah sendiri terdapat satu gua yang selama ini
masih misterius. Gua itu bernama Gua Putra Kembar Sigar Penyalin yang terletak
di Dusun Putra Kembar Desa Montong Ajan Kecamatan Praya Barat Daya. Jika
dilihat dari posisinya maka Gua Putra Kembar itu tidak langsung menjorok di
tebing pantai seperti halnya gua Tanjung Ringgit Lombok Timur maupun Gua Gili
Trawangan akan tetapi berada sekitar 5-7 kilo meter dari bibir laut. Hal itu
menjadi keunikan tersendiri dari gua yang berada sekitar 80 kilo meter dari
Kota Praya itu. Keunikan lain dari Gua tersebut adalah masih sangat alami dan
belum terjamah oleh moderenisasi.
Cerita mengenai kebaradaan dan nama Gua itu masih simpang
siur. Sebagian warga menamakan Gua Putra Kembar dan sebagian lagi menamakan Gua
Sigar Penyalin dan ada juga yang mengatakan Gua Putra Kembang akan tetapi
terlepas dari banyaknya nama, yang pasti gua tersebut diyakini memiliki sejarah
dan legenda yang belum terungkap.
H.Mastur salah satu pemilik bukit tempat Gua itu berada
mengaku tidak tahu pasti mengenai sejarah Gua itu sendiri tetapi berdasarkan
informasi dari berbagai sumber yang diperolehnya, Gua itu memiliki sejarah
tersendiri.
Satu sumber menyatakan Gua itu dahulunya tempat bersemayamnya
salah satu Datu atau Raja pada waktu itu. Raja yang konon katanya adalah salah
satu Raja di Lombok itu sempat tinggal bersama dengan istri selirnya. Bertahun
tahun tinggal ditempat itu, akhirnya sang istri melahirkan dua orang putra
kembar. Putra kembar itulah kemudian besar dn berpengaruh diwilayah itu. Saking
pengaruhnya sehingga dusun atau kampung tempat tinggalnya dinamai Kampung Putra
Kembar hingga saat ini.
Satu versi lainnya mengatakan Gua itu dahulu tempat
bersemedinya Sigar Penyalin seorang pemuda yang sangat disegani di era itu
sehingga namanya sampai saat ini diabadikan menjadi Gua Sigar Penyalin.
Terlepas dari berbagai macam versi sejarah atau legenda dari Gua itu. Gua Putra
Kembar itu masih mengandung misteri yang belum sama sekali bisa terungkap.
Perjalanan menuju lokasi itu memang cukup melelahkan. Akses
jalan sangat buruk mulai dari Desa Batujangkih hingga ke lokasi. Jalan
berlobang dan berdebu serta bukit bukit yang kering kerontang disisi kiri dan
kanan menjadi teman setia selama perjalanan menuju lokasi. Tetapi jika kita
menghadap selatan maka akan terlihat dari kejauhan hamparan pantai nan indah
dan mempesona. Pantai itu dinamakan pantai Sepi Dusun Pengantap Desa Montong
Ajan. Sesuai dengan namanya Pantai Sepi, pantai itu masih sangat sepi dari
aktivitas masyarakat. Jika kita memandang ke arah pebukitan maka tanpa bukit
Ujung Langit. Dikataka Ujung langit karena bukit yang berada di tengah laut
tersebut hanya terlihat ujungnya seperti piramida diantara bukit bukit
tersebut. Konon di Ujung Langit kerap dijadikan warga sebagai tempat untuk
bersemedi dan mencari ilmu kesaktian.
Tepat berada di tempat kita berdiri saat memandang pantai
Sepi itu, disisi utara terdapat sejumlah bukit dan hamparan ladang yang tandus.
Kurang lebih 300 meter dari tempat berdiri itu kita akan menemukan Gua Putra
Kembar.
Rasa letih dan lelah terasa hilang ketika menyaksikan
pemandangan mempesona dari panorama alam Pantai Sepi dan bibir Gua Putra
Kembar. Saya sempat berdecak kagum dengan keberadaan gua yang sangat sepi dan
sangat jauh dari pemukiman itu. Yang membuat saya semakin kagum sekaligus heran
dan terbengong benging adalah keberadaan anak anak dusun tersebut berada di
lokasi itu. Ternyata Gua itu menjadi lokasi mereka untuk bermain main setiap
harinya. Tidak hanya bermain di bibir gua tetapi juga di dalam gua. Gua Putra
Kembar sepertinya sudah sangat akrab dengan anak anak itu yang rata rata masih
duduk di sekolah dasar itu.
Dari informasi anak anak itulah saya mendapat kabar bahwa
didalam gua itu terdapat kali yang luas dan konon kali di gua itu menjorok ke laut. Hanya saja yang
mengherankan adalah posisi Gua dengan laut sekitar 5-70 kilo meter, berarti
sepanjang itulah kali yang berada di gua itu.
Mendengar cerita anak anak itu, sayapun tertantang untuk ikut
masuk kedalam gua. Berbekal senter tambang, saya dan beberapa anak anak dusun
itu mencoba masuk kedalamny. Awalnya dari mulut gua hingga 30 meter ke bawah
masih sangat luas, bahkan jika dikira kira maka luas diameter yang ada di dalam
sebelum menuju kali sekitar 20x10 meter. Dari posisi itu masih cukup terang.
Dinding dinding tebing gua masih terlihat namun ketika lebih dalam lagi mulai
gelap. Saya berusaha mencari dimana kali yang dimaksudkan anak anak itu.
Ternyata untuk menemukan kali didalam gua itu, kita harus masuk lebih kedalam
lagi dan hanya ada satu pintu masuk yakni berupa lubang dengan diameter sekitar
setengah meter kali setengah meter. Untuk ukuran badan manusia yang tambun dan
gendut tentu jangan harap bisa masuk. Untuk masuk harus merayap. Beruntung
pintu masuk itu tidak sampai satu meter sehigga ketika badan sudah bisa melalui
lubang itu maka kita akan menemukan ruang yang agak luas. Susana gelap
menyelimuti perjalanan saya dan anak anak. Saya berusaha masuk lebih dalam lagi
namun harus hati hati sangat gelap dan licin. Untuk menuju kali, saya harus
turun merayap melalui bambu yang sudah dipasang. Bambu itu sengaja dibuat untuk
digunakan turun naik ke dasar gua atau ke kali, ya kalau kita perkirakan
kedalamannya sekitar 3 meter. Dengan perasaan takut sayapun berhasil turun
sementara anak anak itu dengan cekatannya turun. Maklum badannya ringan dan
sudah terbiasa. Begitu turun terjadi perubahan suhu dimana yang semula dingin
tiba tiba berubah menjadi hawa yang panas. Keringat mulai membasahi tubuh, saya
dan anak anak terus berusaha masuk lebih dalam lagi. Semakin dalam semakin
panas sementara suara kekelawar yang terbang mondar mandir dari dinding satu ke
didinding yang lain menjadi musik penghantar lelah ditengah kegelapan malam.
Mereka seakan menyambut dengan hangat kunjungan manusia. Sayapun terus
merangsek ditengah kegelapan dengan hanya disinari senter listrik dan juga
senter tambang milik anak anak dusun itu. Sayapun sangat kaget ketika mereka
menunjukkan beberapa butir telur ular Sanca atau ular Sawak. Sebagian telur itu
sudah pecah dilempari anak anak itu sebagian lagi masih utuh. Bulu tengkukpun
mulai berdiri. Dalam benak saya jangan jangan induk ular akan datang dan
menghabisi kita semua.
Meski demikian saya terus berusaha masuk ke dalam. Kini jarak
dari bibir gua ke tempat saya berdiri sekitar 200 meter. Dan benar adanya
didepan saya terdapat kali yang cukup luas. Kali itu masih ada airnya meskipun
kecil. Rupanya sisa sisa air musim hujan itu masih terdapat di kali itu. Sampai
disitu sayapun mengajak anak anak balik karena takut terjadi hal hal yang tidak
kita inginkan terlebih lagi udara semakin menipis sehingga dikawatirkan akan
kehabisan okisgen. Dengan susah payah, sayapun berhasil keluar dari dalam gua. Sampai
diluar saya sangat terkejut ketika anak ular Sawak dengan ukuran sebesar paha
anak kecil menjadi main mainan anak anak kampung itu. Mereka mengaku
mengambilnya dari balik dinding tebing gua. Itulah sekelumit certa menyenangkan
sekaligus menantang di Gua Putra Kembar Sigar Penyalin desa Montong Ajan
Kecamatan Praya Barat Daya.
Satu pesan saya termasuk pesannya anak anak dusun Putra
kembar adalah, pemerintah memperhatikan salah satu destinasi wisata budaya dan
sejarah itu sebab konon sudah pernah mahasiswa mapala Unram dan wisatawan
mancanegara dan wisatawan lokal yang sudah berkemah dan datang ke lokasi itu
meskipun hanya beberapa gelintir saja. Seandanya ditata dengan baik maka akan
menjadi magnet yang luar biasa bagi wisatawan dengan keaslian Gua dan juga
panorama alam pantai Sepi yang memukau itu.xx
Via
Berita NTB
permisi, boleh sayaminta alamat lengkapnya mas?
BalasHapusini nmr saya,
081917220102,
mohon infonya. 👍👍👍
permisi, boleh sayaminta alamat lengkapnya mas?
BalasHapusini nmr saya,
081917220102,
mohon infonya. 👍👍👍