Berita NTB
Nasional
Pendidikan-Budaya
MA Nurul Irsyad, Sekolah Terpencil Kuasai 3 Bahasa
belajar diatas pohon |
Lombok Tengah, (sasambonews). Menjadikan anak anak bangsa yang berkualitas tidak mesti harus sekolah di sekolah sekolah perkotaan dengan sarana dan prasarana yang lengkap. Disekolah sekolah terpencil dengan segala macam kekurangan dan keluh kesahnyapun bisa menciptakan siswa siswa yang berkualitas dengan kemampuan di atas rata rata sekolah kota. Salah satunya adalah MA Nurul Irsyad Pesantek Desa Stiling Kecamatan Batukliang Utara. Jika dilihat dari posisi dan letak geografis sekolah tersebut maka tidak ada yang istimewa dari sekolah yang dipimpin Abdul Hayyi tersebut. Terletak di kaki gunung Rinjani, sekolah ini mampu mendidik sisa siswinya menjadi siswa yang mampu menguasai tiga bahasa sekaligus yakni bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Sayapun penasaran ingin melihat Sekolah dari dekat MA/MTS Nurul Irsyad yang terkenal dengan kemampuan tiga bahasa tersebut. Jarak dari Kota Praya ke sekolah tersebut lebih kurang sekitar 60 kilo meter. Untuk mencapai lokasi kita bisa menempuh dengan sepeda motor ataupun mobil. Rute menuju lokasi itu bisa dilalui melalui Desa Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara dan bisa melalui Desa Aik Bukak kecamatan Batukliang Utara. Desa Stiling merupakan desa yang berada di kaki bukit Gunung Rinjani. Desa Steling berbatasan dengan KLU dan juga Lombok Timur. Jarak yang jauh kerap membuat kita “malas” ke sekolah tersebut namun rasa lelah dan letih seakan hilang ketika bertemu dengan guru dan siswanya. Mereka cukup ramah dan terbuka kepada siapa saja yang datang berkunjung. Menurut informasi tidak hanya tamu dari lokal namun tamu luar daerah bahkan tamu luar negeripun pernah berkunjung ke sekolah tersebut. “Baru baru ini tamu dari luar negeri sudah datang ke sekolah kita” kata Kepala MTS Nurul Irsyad Abdul Hayyi S.Pd. Yang membuat saya kaget, seluruh siswa MTS maupun MA berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan Bahasa Arab antar sesama siswa dan guru termasuk wartawan Ball Event sendiri. Menurut Hayyi, sebelum fasih berkomunikasi dengan bahasa Inggris atau bahasa Arab, para siswa diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia selama 6 bulan. Setelah 6 bulan mereka harus berkomunikasi dengan bahasa Inggris di lingkungan sekolahnya, siapa yang tidak melakukannya maka dihukum. Hukumannyapun cukup mendidik yakni mukanya dicoret dengan spidol dan menulis kata Istigfar sebanyak 1000 kata. “Komunikasi bahasa Inggris dan Bahasa Arab bergantian, setiap 6 bulan sekali”. Jelasnya. Saat ini sekolah tersebut mulai mengadopsi sistim pendidikan Pondok Pesantren dimana siswa siswi ditampung di Asrama.am
Via
Berita NTB
Posting Komentar