Berita NTB
Siapa Sangka RSUD Paya Krisis Dokter
Dir RSUD Praya |
Lombok Tengah, (sasambonews). Kekurangan tenaga dokter merupakan masalah yang amat vital
sebab hal itu menyangkut soal hidup matinya pasien. Bisa dibayangkan pusingnya
dokter ketika di ruang perawatan maupun IGD sama sama memerlukan tindakan kritis.
Oleh karena itu masalah ini tidak bisa dibiarkan berlarut larut , harus ada
terobosan dari pihak Rumah Sakit dengan menambah dokter melalui pengangkatan
CPNS setiap tahunnya ataupun dengan melakukan kerjasama dengan pihak perguruan
tinggi terkait penempatan dokter magang.
Direktur RSUD Praya dr. Muzakkir Langkir yang ditemui di IGD
kemarin mengaku hingga saat ini jumlah dokter jaga di IGD sebanyak 5 orang
sementara idealnya 8 orang. Dokter IGD untuk sementara merangkap menjadi dokter
ruangan. Masalah ini semakin pelik manakala pemda mengangkat dokter melalui
jalur CPNS sangat terbatas. “tahun ini hanya 2 formasi saja yang diangkat,
itupun kita berebut dengan puskesmas bakan dua orang itu sudah ditempatkan di
Puskesmas” jelasnya.
Dia mengakui baru beberapa hari menjadi direktur namun
masalah kekurangan dokter menjadi atensinya ke depan.
Kesulitan mencari dokter baru memang sudah dirasakan sejak
lama. Beredar kabar kalau para dokter itu ogah magang di RSUD Praya karena
isentifnya masih kalah jauh dengan rumah sakit daerah lainnya di NTB dan hal
itu diakui Muzakiir dimana untuk pemberian isentif ke dokter masih kalah dengan
rumah sakit lainnya di NTB. “Memang kalau kita bandingkan dengan daerah lain,
kita masih kalah dalam hal insentif, kita hanya 2 juta rupiah perbulannya
sementara daerah lain ada yang lebih besar dari kita” tegasnya.
Muzakkir sendiri tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi itu
sebab hal itu menyangkut kemampuan rumah sakit dan pemerintah daerah sendiri
terlebih lagi masalah anggaran kerap terkoreksi oleh dewan, karena itu untuk
sementara pihaknya harus bersabar menghadapi masalah pekerjaan rumah ini.
Kenyataan ini juga menjadi salah satu faktor melemahnya pelayanan kepada masyarakat.
Pihaknya tidak bisa menuntut lebih keras lagi kepada dokter ataupun petugas
kesehatan lainnya sementara insentif yang diterimanya sangat kecil. “kadang
kita serbasalah, kita mau tekan untuk bekerja lebih keras lagi, mereka tidak
digaji seperti magang dan sukarela itu, kalaupun ada hanya seberapa begitu juga
dokter, kita mau tekan malah nanti lepas ke daerah lain, kan repot” jelasnya.
Dia berharap ada perhatian pemerintah terhadap kondisi ini
sehingga apa yang menjadi harapan semua pihak menjadi rumah sakit prima bisa
terwujud.
Via
Berita NTB
Posting Komentar