Hukum
Nasional
LOMBOK TENGAH,sasambonews.com. Warga Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara Lombok Tengah menolak keberadaan pengikut salafi di tempatnya. Karena, dianggap selama ini telah mengganggu ketentraman masyarakat. Sehingga, atas ketidaknyamanan warga terhadap keberadaan pengikutsalafi di tempatnya, Selasa malam sejumlah warga Teratak mengusir dan
melempari rumah salah satu pengikut jamaah salafi, H Junaidi dan Junaidi.
Malam itu juga, empat pengikut salafi diamankan pihak kepolisian,
seperti H Junaidi, Junaidi, Zaenal Abidin dan Sunan Giri alias Unang.
Atas persoalan itulah, warga dan pengikut salafi di pertemukan di
Musholla Polres Loteng. Sehingga, terjadi keputusan bahwa dua orang
pengikut salafi yakni Marzuki dan Sunan Giri akan keluar dari Teratak.
Sedangkan H Junaidi dan Junaidi akan kembali ke Teratak dan berjanji
tidak akan mengganggu ketentraman masyarakat.
Kepala Desa Teratak M Ipkan mengatakan, hal ini dipicu karena pengikut
salafi telah melanggar surat kesepakatan yang telah dilakukan di tahun
2014 lalu. Dimana, isi surat kesepakatan itu pengikut salafi berjanji
tidak akan mengganggu ketentraman masyarakat. Tapi, apa mereka kembali
melakukannya, sehingga warga terpancing dan terjadi seperti kejadian
Selasa malam tadi. “Kami dalam hal ini tidak akan bertanggungjawab
apabila warga melakukan hal yang tidak diinginkan, karena pengikut
salafi sudah membuat surat kesepakatan untuk tidak mengulangi
perbuatannya lagi,” katanya.
Hal itu, dipicu karena H Junaidi saat meninggal anaknya tidak ikut
melakukan tahlilan dan dzikir. Sehingga, inilah yang menjadi pemicu
kembali persoalan itu. Jadi, dalam mengambil keputusan ini, ia harus
korbankan pengikut salafi, ketimbang akan korban seribu warga yang
tidak ikut dalam ajaran salafi itu. “Ketimbang saya akan korbankan
seribu warga saya, lebih baik saya korbankan sebagian kecil yakni
pengikut salafi,” ujarnya.
Camat Batukliang Utara HL Wiraningsung mengatakan, pihaknya hanya
menginginkan warganya aman. Tapi, kalau pengikut salafi masih menggagu
ketentraman warga lainnya, maka pihaknya akan ambil tindakan. “Kami
hanya ingin keamanan bermasyarakat saja,” singkatnya.
Kasi Binmas Islam Kemenag Loteng Drs H Khairudin menjelaskan, dalam
ajaran ini memang tidak ada perbedaan dengan yang lainnya. Tapi, kalau
memang ajaran itu akan membayakan diri kita maka lebih baik
dihidarkan. Artinya, jangan membayakan diri dan jangan mengundang
orang lain untuk membayakan kita. “Semuanya memang bagus. Tapi, lebih
baik jangan bahayakan diri kita,” singkatnya.
Sedangkan, H Junaidi mengaku bahwa ia ikut melakukan dzikiran. Dan
siapa bilang tidak ikut dzikran, malah ada buktinya kalau pernah ikut
dzikiran. Kemudian, ia juga mengaku tidak pernah mengajak orang lain
untuk ikut ke ajaran salafi. Tapi, saat itu kebutalan bertanya maka
dijawablah kalau ingin lebih tahu silahkan nonton di TV Rodja, TV satu
dan lainnya. Karena, ia mengaku juga ngaji disana. Apalagi, yang buka
pengajian itu pernah ke kesini.
Dalam keputusan, apakah disuruh keluar atau tidak dari Teratak, ia
jawab tidak akan keluar dari Teratak. “Saya akan memperbaiki diri. Dan
saya tidak akan keluar dari Teratak,” katanya.
Begitu juga Junaidi, ia selama ini hanya ingin belajar dan mencari
ilmu tentang agama. Karena, selama ini ia rasa ilmu yang dimiliki
tentang agama islam masih sedikit. Dan ia juga mengaku tidak pernah
mengajak orang untuk ikut. “Saya juga akan tinggal di Teratak,”
ujarnya.
Sedangkan, Marzuki dan Sunan Giri akan keluar dari Teratak. Karena
mereka tidak mau keluar dari ajaran Salafi. “Kalau saya akan keluar
dari kampong. Tapi, saya minta untuk diberikan waktu hanya beberapa
hari untuk mengurus semua keperluan yang ada,” tandas mereka saat
dilakukan mediasi di Musholla Polres Loteng. |dk
Warga Teratak Tolak Keberadaan Jamaah Salafi
LOMBOK TENGAH,sasambonews.com. Warga Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara Lombok Tengah menolak keberadaan pengikut salafi di tempatnya. Karena, dianggap selama ini telah mengganggu ketentraman masyarakat. Sehingga, atas ketidaknyamanan warga terhadap keberadaan pengikutsalafi di tempatnya, Selasa malam sejumlah warga Teratak mengusir dan
melempari rumah salah satu pengikut jamaah salafi, H Junaidi dan Junaidi.
Malam itu juga, empat pengikut salafi diamankan pihak kepolisian,
seperti H Junaidi, Junaidi, Zaenal Abidin dan Sunan Giri alias Unang.
Atas persoalan itulah, warga dan pengikut salafi di pertemukan di
Musholla Polres Loteng. Sehingga, terjadi keputusan bahwa dua orang
pengikut salafi yakni Marzuki dan Sunan Giri akan keluar dari Teratak.
Sedangkan H Junaidi dan Junaidi akan kembali ke Teratak dan berjanji
tidak akan mengganggu ketentraman masyarakat.
Kepala Desa Teratak M Ipkan mengatakan, hal ini dipicu karena pengikut
salafi telah melanggar surat kesepakatan yang telah dilakukan di tahun
2014 lalu. Dimana, isi surat kesepakatan itu pengikut salafi berjanji
tidak akan mengganggu ketentraman masyarakat. Tapi, apa mereka kembali
melakukannya, sehingga warga terpancing dan terjadi seperti kejadian
Selasa malam tadi. “Kami dalam hal ini tidak akan bertanggungjawab
apabila warga melakukan hal yang tidak diinginkan, karena pengikut
salafi sudah membuat surat kesepakatan untuk tidak mengulangi
perbuatannya lagi,” katanya.
Hal itu, dipicu karena H Junaidi saat meninggal anaknya tidak ikut
melakukan tahlilan dan dzikir. Sehingga, inilah yang menjadi pemicu
kembali persoalan itu. Jadi, dalam mengambil keputusan ini, ia harus
korbankan pengikut salafi, ketimbang akan korban seribu warga yang
tidak ikut dalam ajaran salafi itu. “Ketimbang saya akan korbankan
seribu warga saya, lebih baik saya korbankan sebagian kecil yakni
pengikut salafi,” ujarnya.
Camat Batukliang Utara HL Wiraningsung mengatakan, pihaknya hanya
menginginkan warganya aman. Tapi, kalau pengikut salafi masih menggagu
ketentraman warga lainnya, maka pihaknya akan ambil tindakan. “Kami
hanya ingin keamanan bermasyarakat saja,” singkatnya.
Kasi Binmas Islam Kemenag Loteng Drs H Khairudin menjelaskan, dalam
ajaran ini memang tidak ada perbedaan dengan yang lainnya. Tapi, kalau
memang ajaran itu akan membayakan diri kita maka lebih baik
dihidarkan. Artinya, jangan membayakan diri dan jangan mengundang
orang lain untuk membayakan kita. “Semuanya memang bagus. Tapi, lebih
baik jangan bahayakan diri kita,” singkatnya.
Sedangkan, H Junaidi mengaku bahwa ia ikut melakukan dzikiran. Dan
siapa bilang tidak ikut dzikran, malah ada buktinya kalau pernah ikut
dzikiran. Kemudian, ia juga mengaku tidak pernah mengajak orang lain
untuk ikut ke ajaran salafi. Tapi, saat itu kebutalan bertanya maka
dijawablah kalau ingin lebih tahu silahkan nonton di TV Rodja, TV satu
dan lainnya. Karena, ia mengaku juga ngaji disana. Apalagi, yang buka
pengajian itu pernah ke kesini.
Dalam keputusan, apakah disuruh keluar atau tidak dari Teratak, ia
jawab tidak akan keluar dari Teratak. “Saya akan memperbaiki diri. Dan
saya tidak akan keluar dari Teratak,” katanya.
Begitu juga Junaidi, ia selama ini hanya ingin belajar dan mencari
ilmu tentang agama. Karena, selama ini ia rasa ilmu yang dimiliki
tentang agama islam masih sedikit. Dan ia juga mengaku tidak pernah
mengajak orang untuk ikut. “Saya juga akan tinggal di Teratak,”
ujarnya.
Sedangkan, Marzuki dan Sunan Giri akan keluar dari Teratak. Karena
mereka tidak mau keluar dari ajaran Salafi. “Kalau saya akan keluar
dari kampong. Tapi, saya minta untuk diberikan waktu hanya beberapa
hari untuk mengurus semua keperluan yang ada,” tandas mereka saat
dilakukan mediasi di Musholla Polres Loteng. |dk
Via
Hukum
Wah.....mengerikan juga ya...gara gara tidak tahlilan sampai segitu nya...,rupanya warga/ulama dikampong nya Pak H Junaidi merasa kehilangan MG/makan gratis,itu secara tidak langsung kalau kelompoknya disana itu golongan yg paling benar wah...mantab.Lembutkan hati Pak H junaidi salam dari saya Jazahumullah Khairan.
BalasHapus