Wisata
Lombok Tengah, sasambonews.com,- Mungkin sudah menjadi tradisi setiap perayaan hari
besar agama Islam selalu dinanti oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten
Lombok Tengah, sebut saja pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya jauh
jauh hari terutama warga pedesaan telah mempersiapkan berbagai acara atau
rencana untuk menyambut bulan yang dimaknai sebagai bulan pembawa berkah. Pada
bulan ini biasanya warga menggelar berbagai acara serta syukuran, tentunya
dengan gelaran acara yang telah direncanakan jauh hari tersebut membutuhkan
biaya yang tidak sedikit, namun bagi mereka hal itu bukanlah suatu masalah,
pasalnya mereka telah menyisihkan sebagian hasil panen, serta tabungan untuk
menggelar berbagai acara. Bahkan yang menarik, meski jaman telah modern namun
sebagian warga masih melestarikan tradisi serta adat pada setiap perayaan
Maulid dengan mengantar Pesajik atau
makanan dengan menggunakan tempat saji khusus yang disebut Sampir.
Tradisi Sampir Di Kateng Tak Usang Dimakan Usia
Contoh Sampir |
Di Kecamatan Praya Barat tepatnya Desa Kateng,
perayaan bulan Maulid selalu dinanti untuk menggelar berbagai acara. Pada bulan
ini biasanya warga telah mempersiapkan berbagai acara yang bakal digelar
seperti khitanan, ngurisan serta acara
Khataman Al-quran bagi putra putri mereka yang masih duduk dibangku sekolah dasar.
Biasanya berbagai acara yang telah disiapkan dipusatkan di masjid dengan
mengundang seluruh warga yang dipimpin langsung oleh tokoh agama atau tuan guru,
sedangkan para ibu rumah tangga serta anak gadis yang telah dewasa
mempersiapkan Pesajik yang telah
ditempatkan di Sampir untuk dibawa ke
masjid.
Salah seorang warga yang juga sebagai tokoh
masyarakat Desa Kateng HL. Muhyidin yang ditemui Tim Majalah Gumi Tastura
Bersatu menuturkan, peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW di desa Kateng
selalu dinanti oleh sebagian besar warga Desa Kateng, biasanya mereka telah
mempersiapkan berbagai acara yang bakal digelar pada bulan tersebut, seperti
Khitanan, Ngurisan serta Khataman Al Qur’an bagi putra-putri yang masih duduk
dibangku SD. Tradisi atau acara ini biasanya atas kesepakatan warga digelar
bersamaan di masjid, namun ada juga warga yang mempunyai hajatan lainnya
menggelar acara syukuran di rumahnya dengan mengundang teman atau kerabatnya.
Untuk acara
di masjid tambahnya, pengurus masjid atau Marbot
tidak perlu susah atau repot untuk mengurus berbagai acara, yang jelas hari
yang telah ditentukan disepakati bersama, otomatis warga telah mengetahui apa
yang bakal mereka kerjakan. Biasanya pada pagi hari para ibu rumah tangga atau
gadis yang telah dewasa seperti telah dikomando keluar dari rumah masing masing
dengan memanggul Sampir di atas
kepala, yang penuh dengan makanan serta diatur rapi. Pemandangan ini sangat
menarik, sebab ibu–ibu biasanya berjalan beriringan dengan memanggul Sampir di kepala, mereka seperti membuat
barisan. Sampir ini sangat berat,
sehingga jarang anak gadis bisa membawa, apalagi anak- anak. ”Sampir ini sejenis tempat saji yang
biasa dipakai untuk menyajikan makanan. Sampir ini diatur sedemikian rupa agar
kelihatan rapi dan makanan yang ada di wadah Sampir tidak jatuh dan rusak, biasanya ibu rumah tangga merias
serta mengatur Sampir dengan terlebih
dahulu menempatkan pisang serta buah-buahan di pinggir dengan maksud sebagai
penopang, setelah itu baru berbagai jenis jajan di tempatkan bersusun”
jelasnya.
Sampir
terang HL. Muhyidin terbuat dari bahan kayu kemiri yang sangat kuat, berbentuk
seperti model kayu penyangga lurus lalu atasnya bulat, sehingga menyerupai
Jamur. Ukuran tinggi Sampir berpariasi dari 50 cm hingga 75 cm. Sampir selain untuk menempatkan makanan
yang akan dibawa ke masjid untuk para tamu serta kiyai yang telah penuh dengan
makanan, bagi sebagian ibu rumah tangga juga dibuat untuk hiasan rumah, kadang
di deretkan di rak–rak lemari di ruang tamu, bahkan hampir semua warga
mempunyai Sampir, sebab Sampir membawa makanan serta minuman,
namun yang membedakan yakni mempunyai kaki.
Isi dari Sampir
jelas H. Muhyidin, bervariasi, tergantung selera serta keinginan dari ibu rumah
tangga, biasanya kalau dikalkulasi, isi sebagian Sampir seharga Rp 500.000, namun bisa juga lebih, jika kue atau
jajan yang bakal disuguhkan harganya mahal serta enak. ”Tidak ada gengsi
gengsian disini, yang jelas kalau ada rizki lebih maka Sampir isinya lebih, namun ibu–ibu tidak merasa diberatkan, sebab,
mereka dengan niat mengisi Sampir dengan ikhlas dan ibadah, toh makanan ini
juga akan dinikmati oleh tamu dan Kyiai” jelasnya.(Lis)
Via
Wisata
Posting Komentar