Berita NTB
NTB Tolak Full Day School
LOMBOK TENGAH, sasambonews.com. Ketua Persatuan Guru Republik Indoensia (PGRI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Ali Rahim, meminta kepada Pemerintah Pusat untuk tidak melaksanakan Full Day School atau sekolah satu hari penuh yang di wacanakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy belum lama ini.” Lebih baik ditiadakan. Kalaupun mau di dilakukan, coba di uji coba dulu di satu sekolah dasar dan menengah (SD dan SMP) di Jakarta,” tegas Ali Rahim kepada Media Pembaruan, di Gedung PGRD Lombok Tengah (Loteng), Rabu, (10/8/2016).
Menurut Ali, selain belum saatnya untuk di terapkan di Indoensia, Full Day School itu juga bisa berdampak kepada mental, kesehatan dan hak – hak anak, Guru dan memberatkan sekolah.”Dengan Full Day School ini sekolah berat, orang tua berat , siswa sangat berat, dan guru – guru juga sangat berat,” ucapnya.
Semestinya kata Ali Rahim, pemeritah pusat dalam hal ini Mendikbud RI melakukan pengkajian secara mendalam sebelum mewacakan Full Day School.
Seperti melakukan pengkajian terhadap kemampuan fisik siswa, sarana dan prasarana yang ada di sekolah dasar dan menengah saat ini.”Full Day School ini harus dilakukan pengkajian lebih matang , harus di lihat dari kemampuan fisik siswa itu sendiri, jangankan sampai jam 5, sampai jam 12 saja anak – anak sudah tidak konsentrasi lagi. Dalam teori hukum kemampuan bahwa kemampuan anak aktif selama 20 menit, lebih dari itu konsentrasi anak berkurang.
Dan bila Full Day School itu di jalankan, apakah pemerintah sudah siap untuk menyiapkan makan untuk guru dan siswa, apakah pemerintah sudah memenuhi fasilitas sarana dan prasarana di sekolah. Untuk itu lebih baik Full Day School jangan di laksanakan,” kata Ali.
Ali mengungkapkan, Kalaupun pemerintah mau memberikan pendidikan Karakter kepada siswa SD dan SMP, bukan dengan menerapkan Full Day School, melainkan menambah sarana dan prasarana di sekolah, salah satunya dengan membangun sarana tempat Ibadah seperti Musollah di sekolah.
”Kalau mau membangun pendidikan karakter , yang pertama dilakukan adalah membangun Musolla di masing – masing sekolah, bukan sebaliknya menerapkan program yang memberatkan siswa, sekolah, orang tua, guru. Dan guru itu rutinitas sangat banyak, belum lagi membuat soal , analisis dan menjalankan administrasi lainnya , jadi guru sudah sangat sibuk, lagi mau di tambah dengan Full Day School, tolong pemerintah jangan samakan guru dengan Struktural” ungkapnya.
Ali mengaku, wacana Full Day School yang di lontarkan Mendikbud itu merupakan issu yang sengaja di hembuskan ke Publik untuk melihat tanggapan atau respon dari masyarakat.
Dan dari informasi yang ia terima, sebelum diterapkan, Full Day School itu akan di uji coba di pendidikan dasar dan menegah di Jakarta. Bila berhasil, baru akan di uji coba di masing – masing Provinsi, setelah itu baru di revisi apakah Full Day School itu layak atau tidak di terapkan di Indoensia.” Itu merupakan sebuah issu yang dilepar untuk mendapat tanggapan dari masyarakat. Informasinya akan di uji coba hannya di satu sekolah saja di Jakarta selama 3 tahun , 4 tahun berikutnya di uji coba dimasing – masing provinsi satu sekolah dan di tahun ke 7 baru dilakukan analisa secara menyeluruh, apakah Full Day School itu pantas atau tidak diterapkan di Indoensia,” ujar Ali Rahim.
Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy menegaskan sistem “Full Day Shool” untuk pendidkan dasar SD dan SMP, baik negeri maupun swasta. Alasannya anak tidak sendiri ketika orang tua mereka masih ditempat kerja.
Menurut Mendikbud, kalau anak – anak tetap berada di sekolah, mereka bisa menyelesaikan tugas – tugas sekolah sampai dijemput orang tuanya sesuai dengan jam kerja.
Selain itu anak – anak bisa pulang bersama – sama orang tua mereka sehingga ketika berada di rumah mereka tetap dalam pengawasan khususnya oleh orang tua.
Dengan Full Day School itu pemerintah akan berupaya merestorasi pendidikan dasar dan menengah , termasuk pendidikan karakter bagi anak – anak didik .
Selain itu juga untuk membenahi kebijakan – kebijakan yang berkaitan dengan Profesionalisme para pendidik. |rul
Via
Berita NTB
Posting Komentar