Berita NTB
RSUD Praya Bantah Telantarkan Pasien
LOMBOK TENGAH, sasambonews.com. Buruknya
pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Praya Lombok Tengah (Loteng) khususnya di Ruang Bersalin atau melahirkan dikeluhkan H. Rifai warga Desa Pagutan Kecamatan Batukliang Utara Loteng.
Dr. Muzakir |
H. Rifai merasa istrinya yang saat itu akan menjalani Persalinan di terlantarkan, pihak RSUD Praya Loteng. Akibatnya istri dan anak kelima H. Rifai meninggal dunia di Ruang Bersalin RSUD Praya Loteng, Senin, (15/8/2016) lalu.
Ditemui usai menggelar rapat terkait dengan isu penelantaran pasien tersebut, dengan seluruh jajaranya, Senin, (22/8/2016), Direktur RSUD Praya Loteng Muzakir Lankir membantah telah melantarkan pasien, dan membantah keras meninggalnya ibu dan anak tersebut karena tidak mendapat penanganan medis dari RSUD Praya Loteng.” Itu tidak benar. Pasien yang dikataka ditelantarkan itu sudah ditangani secara maksimal, dan telah menjalani proses pase demi pase, kapan diperiksa kapan diberikan obat sudah ada pase – pasenya. Dan penanganan pasien itu sudah sesuai dengan SOP,” bantahnya.
Langkir juga membantah, pasien bersalin yang merasa dilantarkan itu, bukan pasien BPJS Mandiri, melainkan pasien umum.” Bukan Pasien BPJS, dia (Pasien) datang hannya membawa KTP dan KK. Meskipun tidak membawa apa – apa, kami tetap memberikan pelayanan medis sesuai dengan SOP,” ucapnya.
Pasien Ibu dan bayi yang meninggal dunia itu merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Aik Darek Kecamatan Batukliang Loteng.
Pada saat dibawa ke RSUD Praya Loteng, pasien bersalin itu, diduga ada kelainan dalam kehamilannya, yakni posisi kepala bayi yang tidak wajar.” Ditangani sesuai dengan SOP, sudah di berikan obat satu kali, dan dalam waktu 6 jam pontensial untuk melahirkan, tetapi tiba- tiba, pasien itu membiru, kesadaran menurun dan tekanan darah menurun. Selanjutnya langsung diambil tindakan emergency,namum pasien dan bayinya tidak bisa diselamatkan,” sambung Dokter Spesialis Konsultan Kandungan RSUD Praya Dokter Dewi Wijayanti.
Terkait dengan penyebab kematian ibu dan bayinya tersebut, Dokter Dewi menjelaskan, meninggalnya pasien ibu dan bayi itu tidak bisa diprediksikan, dan dari hasil pemeriksaan, penyebab meninggalnya ibu dan bayi tersebut dikarena gagal napas akibat dari emboli air ketuban.” Itu tidak bisa di prediksi, kami sudah berupaya menyelamatkan bayinya, dengan melakukan operasi sesar, tetapi bayi itu telah meninggal dunia, operasi sesar itu dilakukan setelah ibu bayi itu telah meninggal dunia dan telah mendapatkan persetujuan suami Pasien.
Penyebab kematian ibu dan bayi itu karena gagal napas atau emboli air ketuban. Emboli air ketuban itu ada benda asing yang masuk kedalam saluran darah ibu, dan itu tidak bisa diprediksi,” jelasnya.
Dokter Dewi juga mengungkapkan, kondisi kehamilan pasien tersebut tergolong kehamilan Resiko tinggi,” Pasien itu tergolong Kehamilan Beresiko Tinggi, dengan usia 49 tahun, dan mengandung anak kelima,” ujarnya| rul.
Via
Berita NTB
Posting Komentar