Berita NTB
Politik
Menurutnya, yang nama bupati adalah pemimpin daerah, sehingga warna suatu daerah tergantung oleh Bupatinya. "Saya ini juga orang Lombok Timur, tapi ketika bahasa-bahasa yang keluar dari seorang pejabat publik, seperti seorang bupati tidak terukur, apalagi ukurannya tata krama bagi kita kalimat bodoh itu menyebut sesuatu yang tidak pada tempatnya. Secara pribadi, saya tersinggung mendengar bahasa itu," ujarnya.Faozal mengungkapkan, ketidakhadirannya di acara Festival Alunan Budaya Desa Kecamatan Pringgasela, karena pihak panitia tidak pernah melaporkan terkait acara tersebut ke Dinas Pariwisata Provinsi NTB. Bahkan, acara Festival Alunan Budaya Desa Kecamatan Pringgasela juga tidak masuk dalam kalender event pariwisata NTB 2017.
Disinggung apakah pernyataan Bupati Lombok Timur dimaksudkan untuk koreksi kepadanya dan Dispar? Faozal menegaskan tidak tepat kalau itu dikatakan bagian dari sebuah koreksi. Namun, Faozal mengaku dirinya tidak anti terhadap sebuah kritikan ataupun masukan. Hanya saja, kritikan yang disampaikan tidak dengan cara demikian."Silahkan saja koreksi, kita terbuka dengan dinas ini," katanya.
Dibilang Bodoh, Kadispar Nilai Ali BD Tak Tau Tatakrama
Mataram, sasambonews.com - Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat Lalu Moh Faozal mengaku tersinggung dengan kata "bodoh" yang di ucapkan Bupati Lombok Timur Ali Bin Dahlan saat acara Festival Alunan Budaya Desa Kecamatan Pringgasela."Sampaikan saja dia, seenak perutnya apa sih lebihnya Ali BD. Saya tidak terima," kata Faozal di Mataram, Kamis.
Faozal menilai, apa yang disampaikan Bupati Lombok Timur Ali Bin Dahlan atau akrab disapa Ali BD sangat tidak pantas, terlebih ucapan tersebut disampaikan di khalayak ramai. "Beliau Bupati, pejabat yang harus memiliki tata krama," ujarnya.
Menurutnya, yang nama bupati adalah pemimpin daerah, sehingga warna suatu daerah tergantung oleh Bupatinya. "Saya ini juga orang Lombok Timur, tapi ketika bahasa-bahasa yang keluar dari seorang pejabat publik, seperti seorang bupati tidak terukur, apalagi ukurannya tata krama bagi kita kalimat bodoh itu menyebut sesuatu yang tidak pada tempatnya. Secara pribadi, saya tersinggung mendengar bahasa itu," ujarnya.Faozal mengungkapkan, ketidakhadirannya di acara Festival Alunan Budaya Desa Kecamatan Pringgasela, karena pihak panitia tidak pernah melaporkan terkait acara tersebut ke Dinas Pariwisata Provinsi NTB. Bahkan, acara Festival Alunan Budaya Desa Kecamatan Pringgasela juga tidak masuk dalam kalender event pariwisata NTB 2017.
"Saya juga tidak tahu sama sekali, bahkan saya cek di dalam undangan (agenda) di tempat saya hari itu tidak ada," terang Faozal.
Selain itu, ketidak hadirannya dalam acara tersebut karena masih berada di Kabupaten Sumbawa untuk menghadiri Festival Moyo yang mana kegiatan tersebut adalah bagian dari serangkaian acara bulan Pesona Lombok Sumbawa 2017. "Yang pertama tidak mungkin kita tinggalkan acara Moyo itu. Yang kedua selalu kemudian sebuah acara di ukur dari bantuan tidak bisa karena namanya bantuan itu sudah bunyi di komponen penganggaran sudah harus sejak lama masuk," jelasnya.
Seraya menambahkan, kalaupun dirinya hadir di acara itu dan memberikan bantuan berarti bukan hubungannya bahwa hadir tesebut dikatakan pintar atau tidak pintar.
"Jadi apa yang disampaikan Ali BD tidak patut pada tempatnya, Untuk itu saya bilang tersinggung," tegasnya kembaki.
"Jadi apa yang disampaikan Ali BD tidak patut pada tempatnya, Untuk itu saya bilang tersinggung," tegasnya kembaki.
Disinggung apakah pernyataan Bupati Lombok Timur dimaksudkan untuk koreksi kepadanya dan Dispar? Faozal menegaskan tidak tepat kalau itu dikatakan bagian dari sebuah koreksi. Namun, Faozal mengaku dirinya tidak anti terhadap sebuah kritikan ataupun masukan. Hanya saja, kritikan yang disampaikan tidak dengan cara demikian."Silahkan saja koreksi, kita terbuka dengan dinas ini," katanya.
Tetapi khusus terkait dengan event yang dilaksanakan di Pringgasela itu, pihaknya mengaku tidak dilaporkan, bahkan tidak teragenda dalam kalender wisata provinsi. "Kalaupun dia datang pasti kita berikan bantuan karena tahun lalu kita berikan bantuan Rp5 juta secara pribadi kepada mereka untuk event itu," jelasnya.
Untuk itu, terkait kalimat Ali BD yang seorang pejabat publik menyampaikan kepada unit yang secara langsung tidak pada koordinasinya dinilai Faozal salah alamat. "Atasan saya itu gubernur, kalau gubernur bilang eh kamu Kadis bodoh selesai. Tetapi kalau Ali BD eh kamu kadis bodoh urusan apa saya sama Ali BD kadisnya bukan," sesal Faozal.
Lebih lanjut, disinggung penilainya soal pariwisata Lombok Timur, Faozal melihat pariwisata Lombok Timur secara destinasi oke. Akan tetapi secara kebijakan tidak ada sama sekali untuk pariwisata. "Coba kita buka apa yang dilakukan Lombok Timur terhadap pariwisatanya. Hampir pasti tidak pernah terukur, apa konsep dasar lain sebagainya Lombok Timur itu tidak ada," terangnya.
Justru untuk membangun pariwisata Lombok Timur, Pemerintah Provinsi ikut turun tangan membenahi destinasi wisata di kabupaten itu, salah satunya Sembalun. "Kenapa Sembalun terangkat karena kita turun ke Sembalun hampir semua intervensi kita untuk Sembalun, jalan nasional di dorong untuk penguatan Sembalun. Kemudian mana lagi destinasinya," tambah Faozal.
Oleh karena itu bukan tempatnya seorang Ali BD mengatakan orang lain itu bodoh seperti itu di luar kewenangannya. "Kalau dia bilang Kadis Pariwisata Lombok Timur itu bodoh ya urusan Ali BD yang angkat kadisnya. Tapi jangan Kadispar Provinsi dikatakan bodoh memang urusan apa saya dengan Ali BD," ketusnya.
Pasca kejadian tersebut, ditanya bagaimana selanjutnya kegiatan itu, Faozal menjelaskan bisa saja masuk dalam agenda pariwisata, namun tentu akan melihat terlebih dahulu. Karena untuk bisa masuk kalender pariwisata NTB harus ada alat ukurnya yang jelas, seperti apakah aktivitas itu bisa dilakukan setiap tahun dengan kapasitas dan investasi yang dibutuhkan untuk acara itu barulah bisa dipertimbangkan masuk dalam kalender wisata NTB. "Kita perlu ukur juga itu. Tapi sayangnya mereka tidak pernah melaporkan. padahal acara itu masuk yang ketiga, tapi tidak ada gaungnya," ucap mantan Kepala Museum NTB tersebut.
Karena itu, Faozal berharap antara provinsi dan kabupaten saling mendukung. Tidak dengan menjatuhkan seperti yang dikatakan Bupati Lombok Timur Ali BD.
Via
Berita NTB
Posting Komentar