Nasional
Ibu Shinta Wahid Ajak Terus Setia Jaga Kemajemukan Bangsa
Mataram, sasambonews - Membahas keberagaman dan kemajemukan bangsa Indonesia dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika di hadapan berbagai kalangan yang terdiri dari pejabat publik, birokrat, politisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, aktivis pemuda dan mahasiswa, wartawan, aktivis LSM, kelompok tuna netra, difabel, loper koran, masyarakat kampung, pondok pesantren dan anak-anak yatim dan terlantar, terasa penting di tengah situasi bangsa yang sedang diuji oleh pertikaian para elit politik. Hal itu disampaikan oleh Ibu Dra Shinta Nuriyah M.Hum, istri dari Presiden RI Ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa dengan Gus Dur di Ballroom, Islamic Center, Mataram Rabu, 22 Mei 2019, dalam acara Buka Bersama Ibu Shinta dengan tema ““Dengan Berpuasa Kita Padamkan Kobaran Api Kebencian dan Hoaks”.
Acara yang diselenggarakan oleh Indonesia Tionghoa (INTI) NTB bekerjasama dengan INTI Pusat itu dipandu langsung oleh MC Indra Bekti dan Inayah Wulandari Wahid, yang tak lain adalah putri bungsu dari Gus Dur.
Dengan gayanya yang khas Ibu Shinta langsung mengubah suasana tausyah menjadi dialog lewat tanya jawab. Bagi Ibu Shinta, yang dikenal sebagai tokoh yang selalu menggemakan pentingnya persatuan dan kesatuan serta kerukunan antar umat beragama ini, keberagaman bangsa ini merupakan keniscayaan yang membuat setiap orang memiliki hak sama dalam hidup dan kehidupannya, meskipun dalam soal keberuntungan hidup antara satu orang dengan lainnya tidak selalu sama. Artinya, ada yang hidupnya beruntung karena memiliki kelebihan harta, pangkat dan jabatan. Sementara yang lainnya masih hidup susah dan malah termarjinalkan. Itu sebabnya Ibu Shinta lebih memilih untuk berbaur dengan kelompok yang belum beruntung. Yang menurutnya, menemani kelompok yang belum beruntung memberi satu kebahagiaan tersendiri.
Dalam dialog itu juga, selain menguraikan komitmen dirinya untuk terus mengajak setiap elemen bangsa untuk terus bersetia menjaga NKRI, Ibu Shinta juga menjelaskan kegiatan sahur keliling yang sudah lama diadakan. “Sejak Gus Dur masih menjadi Presiden, kegiatan sahur keliling selalu saya adakan bersama masyarakat kecil, kaum yang masih belum beruntung hidupnya dan yang termarjinalkan di lokasi kehidupan mereka,” urainya.
Kegiatan sahur dan buka bersama, menurutnya, menjadi cara untuk merajut tali persaudaraan yang sejati di antara sesama anak bangsa. “Karena salah satu pelajaran yang diberikan Allah SWT pada bulan Ramadhan adalah saling tolong menolong dan saling bisa merasakan kekurangan orang lain,” imbuhnya.
Sementara itu, Gubernur NTB Dr H Zulkiflimansyah merasa bersyukur dan bahagia dengan kehadiran sosok Ibu Shinta Nuriyah dengan pesannya yang tegas, apalagi di tengah banyaknya informasi yang kurang benar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ibu Shinta, puji Zul, adalah sosok yang meneduhkan, sosok yang merangkul semua pihak untuk tetap cinta dan tidak pernah lelah mencintai Indonesia. “Kita butuh sosok yang meneduhkan, bukan sebaliknya, mengobarkan api kebencian sesama anak negeri,” kata Zul.
Ia berharap kehadiran istri Presiden RI ke-4 ini bisa memberikan inspirasi kalangan muda untuk berfikir jernih, berhati besar memaknai keberagaman dan perbedaan dengan penuh cinta. “Sehingga kita semua bisa merajut kebersamaan dalam bingkai kebhinekaan di negeri Republik Indonesia yang kita cintai ini,” jelasnya.
Sementara itu, menurut Cukup Wibowo, Ketua Panitia dari kegiatan itu, menghayati apa yang disampaikan oleh Ibu Shinta setidaknya membuka kesadaran siapapun yang hadir bahwa klaim diri sebagai yang paling baik dan kebencian satu kelompok atas kelompok lainnya hanya akan merusak sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa.
Bangsa Indonesia yang memiliki kemajemukan atas suku, agama, ras, budaya, dan latar belakang perbedaan lainnya sesungguhnya bisa menjadikan semua itu sebagai energi bangsa yang luar biasa. Jalan menuju cita-cita kebangsaan yang sama di keberagaman yang meniscaya itu landasannya adalah kesanggupan untuk terus saling mau memahami sekaligus mengerti bagaimana meletakkan perbedaan yang ada secara produktif, tidak malah destruktif yang justru membuat keutuhan bangsa menjadi porak poranda.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua INTI NTB, Alwan S Thio mengatakan, penyelenggaraan acara yang merupakan kerjasama antara Panitia INTI Pusat dan INTI NTB ini diharapkan bisa makin memperkenalkan kiprah Perhimpunan INTI di masyarakat yang belum mengetahuinya. Sebagai bagian dari keberadaan bangsa Indonesia, INTI akan terus mendorong dan membuka kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam urusan kebangsaan.
Acara yang menghadirkan Ibu Shinta seperti yang terselenggara di Mataram bukan merupakan kali pertama diadakan oleh INTI. Menurut penjelasan Ketua Umum INTI Pusat, Teddy Sugianto, melalui acara ini kami ingin menunjukkan bahwa INTI merupakan organisasi kebangsaan yang berjiwa Pancasila. Yang paling penting, kita yang hadir di sini itu satu dan sama, yaitu sebangsa dan setanah air Indonesia.
Menyudahi tausyahnya, Ibu Shinta memimpin yang hadir dengan mengumandangkan shalawat secara bersama. Acara kemudian ditutup dengan berbagai pembagian kenang-kenangan, di antaranya dengan dibagikannya Alqur-an kepada perwakilan kaum tunanetra. HR
n | Ketua Umum INTI, Teddy Sugianto memberikcindera mata kepada Gubernur NTB, Dr Zulkieflimansyah |
Acara yang diselenggarakan oleh Indonesia Tionghoa (INTI) NTB bekerjasama dengan INTI Pusat itu dipandu langsung oleh MC Indra Bekti dan Inayah Wulandari Wahid, yang tak lain adalah putri bungsu dari Gus Dur.
Dengan gayanya yang khas Ibu Shinta langsung mengubah suasana tausyah menjadi dialog lewat tanya jawab. Bagi Ibu Shinta, yang dikenal sebagai tokoh yang selalu menggemakan pentingnya persatuan dan kesatuan serta kerukunan antar umat beragama ini, keberagaman bangsa ini merupakan keniscayaan yang membuat setiap orang memiliki hak sama dalam hidup dan kehidupannya, meskipun dalam soal keberuntungan hidup antara satu orang dengan lainnya tidak selalu sama. Artinya, ada yang hidupnya beruntung karena memiliki kelebihan harta, pangkat dan jabatan. Sementara yang lainnya masih hidup susah dan malah termarjinalkan. Itu sebabnya Ibu Shinta lebih memilih untuk berbaur dengan kelompok yang belum beruntung. Yang menurutnya, menemani kelompok yang belum beruntung memberi satu kebahagiaan tersendiri.
Dalam dialog itu juga, selain menguraikan komitmen dirinya untuk terus mengajak setiap elemen bangsa untuk terus bersetia menjaga NKRI, Ibu Shinta juga menjelaskan kegiatan sahur keliling yang sudah lama diadakan. “Sejak Gus Dur masih menjadi Presiden, kegiatan sahur keliling selalu saya adakan bersama masyarakat kecil, kaum yang masih belum beruntung hidupnya dan yang termarjinalkan di lokasi kehidupan mereka,” urainya.
Kegiatan sahur dan buka bersama, menurutnya, menjadi cara untuk merajut tali persaudaraan yang sejati di antara sesama anak bangsa. “Karena salah satu pelajaran yang diberikan Allah SWT pada bulan Ramadhan adalah saling tolong menolong dan saling bisa merasakan kekurangan orang lain,” imbuhnya.
Sementara itu, Gubernur NTB Dr H Zulkiflimansyah merasa bersyukur dan bahagia dengan kehadiran sosok Ibu Shinta Nuriyah dengan pesannya yang tegas, apalagi di tengah banyaknya informasi yang kurang benar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ibu Shinta, puji Zul, adalah sosok yang meneduhkan, sosok yang merangkul semua pihak untuk tetap cinta dan tidak pernah lelah mencintai Indonesia. “Kita butuh sosok yang meneduhkan, bukan sebaliknya, mengobarkan api kebencian sesama anak negeri,” kata Zul.
Ia berharap kehadiran istri Presiden RI ke-4 ini bisa memberikan inspirasi kalangan muda untuk berfikir jernih, berhati besar memaknai keberagaman dan perbedaan dengan penuh cinta. “Sehingga kita semua bisa merajut kebersamaan dalam bingkai kebhinekaan di negeri Republik Indonesia yang kita cintai ini,” jelasnya.
Sementara itu, menurut Cukup Wibowo, Ketua Panitia dari kegiatan itu, menghayati apa yang disampaikan oleh Ibu Shinta setidaknya membuka kesadaran siapapun yang hadir bahwa klaim diri sebagai yang paling baik dan kebencian satu kelompok atas kelompok lainnya hanya akan merusak sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa.
Bangsa Indonesia yang memiliki kemajemukan atas suku, agama, ras, budaya, dan latar belakang perbedaan lainnya sesungguhnya bisa menjadikan semua itu sebagai energi bangsa yang luar biasa. Jalan menuju cita-cita kebangsaan yang sama di keberagaman yang meniscaya itu landasannya adalah kesanggupan untuk terus saling mau memahami sekaligus mengerti bagaimana meletakkan perbedaan yang ada secara produktif, tidak malah destruktif yang justru membuat keutuhan bangsa menjadi porak poranda.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua INTI NTB, Alwan S Thio mengatakan, penyelenggaraan acara yang merupakan kerjasama antara Panitia INTI Pusat dan INTI NTB ini diharapkan bisa makin memperkenalkan kiprah Perhimpunan INTI di masyarakat yang belum mengetahuinya. Sebagai bagian dari keberadaan bangsa Indonesia, INTI akan terus mendorong dan membuka kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam urusan kebangsaan.
Acara yang menghadirkan Ibu Shinta seperti yang terselenggara di Mataram bukan merupakan kali pertama diadakan oleh INTI. Menurut penjelasan Ketua Umum INTI Pusat, Teddy Sugianto, melalui acara ini kami ingin menunjukkan bahwa INTI merupakan organisasi kebangsaan yang berjiwa Pancasila. Yang paling penting, kita yang hadir di sini itu satu dan sama, yaitu sebangsa dan setanah air Indonesia.
Menyudahi tausyahnya, Ibu Shinta memimpin yang hadir dengan mengumandangkan shalawat secara bersama. Acara kemudian ditutup dengan berbagai pembagian kenang-kenangan, di antaranya dengan dibagikannya Alqur-an kepada perwakilan kaum tunanetra. HR
Via
Nasional
Posting Komentar