Berita NTB
Pendidikan
H.Sumum : Literasi Masih Lemah, Guru Harus Lebih Kreatif
Lombok
Tengah, SN- Perkembangan zaman dan teknologi semakin menuntut guru untuk lebih
cerdas dan kreatif sebab anak anak didik akan lebih pintar sehingga mau tidak
mau harus seorang guru dituntut menjadi seorang pembelajar. Demikian dikatakan
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Tengah H.Sumum, S.Pd, M.Pd. “Bukan
kita ragukan guru tidak pandai baca tapi hasil penelitian kita lemah diliterasi,
contohnya pandai kita baca alquran tapi kita tak fahami artinya” kata Sumum saat
membuka kegiatan penguatan Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk peningkatan kompetensi pendidik bidang
literasi dan inklusi Gugus 07 Kecamatan Pujut di SDN 2 Gugus Inti Desa Tanak
Awu Kecamatan Pujut dan di Kantor UPT Dikdas Kecamatan Praya Tengah 25/7.
Menurut
H.Sumum, Literasi adalah kemampuan membaca. Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG)
Kabupaten Lombok Tengah masih jauh dari harapan. Saat ini hasil UKG sekitar 5,3
artinya masih merah, anehnya bukannya ditingkatkan malah guru terlihat santai
saja. “Kalau kita lihat hasil UKG guru kita masih sangat lemah namun masih saja
kita bergaya gaya, karena itu mau tidak mau kita harus tingkatkan” ungkapnya.
Sumum
menegaskan kebanyakan guru di Kabupaten Lombok Tengah sering mencari posisi
aman dan tidak berusaha meningkatkannya padahal ditempat lain kompetensi guru
terus ditingkatkan. “Sebab kita sering bertahan pada zona aman. Tak mau
tingkatkan. Ada kepala sekolah malas dipinjam laptopnya oleh guru, harusnya
diberikan tapi tanya apa hasilnya setelah dipinjam laptop itu” kata Sumum.
Sumum
mengakui jika potensi yang dimiliki guru cukup besar namun potensi itu belum
digarap secara maksimal untuk itu harus dimunculkan melalui forum seperti ini. “Harus
ada wadah untuk sharing sehingga perlu ada kelompok kerja guru” paparnya.
Sumum
mengingatkan kepada peserta yang hadir bahwa di dalam undang undang, tujuan
bernegara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, semua anak bangsa berhak untuk
mendapatkan pendidikan yang layak hanya saja tidak semua orang tua selalu
bahagia mempunyai anak namun ada beberapa orang tua yang terlihat sedih atau tak
bahagia akibat anaknya tidak tumbuh kembang secara normal baik fisik maupun
mental akan tetapi meski apapun kondisi sang anak negara punya kewajiban untuk memberikan
pendidikan yang layak.
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) maksudnya kata Sumum, tidak hanya cacat fisik tapi
ada gangguan sensorik dan motorik meski demikian, ada anak yang cerdas karena
hanya cacat fisiknya saja namun motoriknya normal. Ada beberapa factor yang
menyebabkan anak anak itu tidak normal saat lahir salah satunya juga akibat
kebiasaan ortu yang makan makanan cepat saji, ini berdampak pada perkembangan janin
saat di dalam kandungan namun yang menjadi pertanyaan kita, apakah anak ABK tersebut
akan dibiarkan begitu saja ?, tentu tidak, untuk itulah pemerintah sangat
memperhatikan pendidikan anak anak tersebut.
Sebaran
ABK saat ini menurut Kepala Dinas Pendidikan sudah merata. Tidak hanya di desa
akan tetapi di perkotaan juga terdapat banyak anak anak berkebutuhan khusus.
Setelah diteliti angka partisipasi kasar 116% sementara APM usia 7-12 tahun
ternyata masih tinggi karena masih ada 0,70 % dari 100 ribu anak yang tidak
bersekolah. “Masih banyak ternyata. Berangkat dari sana maka kita tanya diri kita, apakah
kita biarkan kondisi ini, apakah harus mereka sekolah ke SLB saja sementara
kita punya sekolah SLB baru 4 itupun satu diantaranya sekolah swasta ABK yang rumahnya
jauh bagaimana. Negara punya kewajiban maka mau tidak mau pengembangan
pendidikan inklusif harus dikembangkan” ungkapnya.
Ekspektasi
terhadap ABK lanjut Sumsum kadang sering terlalu tinggi yakni ABK itu harus bisa menulis dan bernyanyi
namun satu hal yang penting yakni berikan haknya dengan memperlakukan sama dengan
siswa normal. Dari sebelumnya tidak atau jarang senyum menjadi sering senyum
adalah sebuah keberhasilan apalagi dari yang belum bisa baca jadi bisa baca itu
sudah luar biasa. Yang terpenting adalah terus berupaya tanpa lelah dan ikhlas
untuk mengurusi anak anak berkebutuhan khusus tersebut sebab dibalik
kekurangannya ada kelebihannya. “Anak anak seperti ini di mata Tuhan sangat
mulia dan doanya sangat makbul, makanya didiklah mereka dengan tulus ikhlas
sebab rizki akan mengalir nanti diberikan Allah kepada kita semua” ungkapnya.
Dia mencontohkan
dimana yang tadinya anggaran untuk pendidikan di APBD sangat kecil namun sekarang
dewan sangat mendukung dan tak satupun dicoret dewan setiap usulan sebab
sama sama sudah sadar dengan kebutuhan ABK itu sendiri.
“Karena doa ABK diketuklah pemerintah dan
INOVASI untuk pengembangan guru SETARA dan guru BAIK di Kabupaten Lombok
Tengah, ini salah satu contoh kemuliaan anak anak ABK itu” ujarnya.
Forum ini
lanjut Sumum sangat tepat untuk bahas literasi dan inklusif, niatkan untuk
ibadah. Dalami jangan liat siapa yang menyampaikan namun apa yang disampaikan.
Tujuan sejatinya adalah bagaimana murid itu berkarakter. Kecamatan Pujut
tantangannya adalah keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), bagaimana mau
berlari dan berlompat kalau guru sendiri tak mau berlari.
Dia ingat
saat ada proyek ADB DBEP dahulu dimana guru sering dilatih namun ternyata tak
maksimal sebab hanya disuapin saja. Melalui KKG ini bapak gurulah yang merumuskan
dan di INOVASI ini dituntut untuk kreatif. Melalui Kepala Sekolah (Kasek) dan
ketua gugus dia mengingatkan agar jangan bangga dengan bangunan mentereng dan
fasilitas lengkap sementara anak anak tak dipikirkan. “bukan berarti kita tak
pikirkan bangunan bagus, namun itu buka prioriotas, yang perlu dipikirkan
adalah keberlangsungan pendidikan anak anak kita itu. Sambutalah mereka dengan
senyum, sapalah mereka agar mereka bangga, jangan sedikit dikit marahi anak
anak kita. Guru adalah profesi mulia untuk menentukan wajah indonesia melalui
anak anak kita ini” ungkapnya.
Sementara itu Ketua Gugus 07 Jazuli SPd.SD
mengatakan motivasi digelarnya kegiatan itu semata mata ingin meningkatkan
kualitas guru disekokah pada bidang inklusi, dan kebetulan INOVASI sudah
lakukan itu sedangkan gugus ini belum pernah dilakukan sebab bukan mitra
INOVASI. Penyelenggaraan kegiatan ini didanai murni dari BOS untuk KKG
sementara pesertanya berasal dari sekolah sasaran yakni 6 sekolah, SD Inti, 4
SD imbas dan 1 sekolah diluar gugus atas inisatif merka sendiri untuk ikut. “Pesertanya
adalah guru kelas bawah 1,2, 3, kelas atas 4,5,6 dan guru mata pelajaran olah
raga dan agama, alasannya semua guru harus mengatahui bagaimana mengembangkan
dan meningkatkan kompetensi nya dibidang literasi dan inklusi” ungkapnya.
Outputnya kata Kepala SDN 2 Tanak Awu itu, guru
dapat membuat perencanaan yang baik dan menerapkan disekolah serta dapat
merangkul semua peserta didik dari berbagai latar belakang, khususnya ABK.
Harapan kegiatan ini akan berlangsung dengan baik sehingga akan terlihat
perubahan dan akan evaluasi nantinya.
Hal yang sama juga diungkapkan Ni Ketut Mayoni,
SPD.SD. Menurutnya sosialisasi program KKG ini dilakukan karena angin beri
gambaran kepada guru secara umum tentang program KKG , dimana dalam kegiatan
ini mengkolaborasikan program literasi dan eksklusif program In On In pada
penerapan dikelas. Pesertanya kata Ketut semua guru gugus 01, yakni 5 SD satu
gugus 4 imbas 37 guru, dan semua ketua gugus kecamatan Praya Tengah agar satu
pemahaman soal literasi dan inklusif. “Dananya murni swadaya di gugus. Narsum
untuk kegiatan ini sukarela tanpa dibayar” ungkapnya.
Menurutnya KKG dilakukan selama 1 semester,
kegiatan ini dilaksanakan dihari libur namun saat regular dilakukan perkelas agar
tak ganggu pembelajaran. Evaluasinya nanti dilakukan oleh pengawas pembina. “Sebenarnya
hampir semua guru itu punya kreativitas dan inovatif namun bagaimana kita
menggerakkan, nah melalui forum semacam ini akan lebih efektif dilakukan”
ungkap Kepala SDN 1 Batunyala itu.
Output
dari kegiatan ini diharapkan guru memiliki komitmen yang sama bahwa butuh KKG
sehinggaa nantinya kompetensinya meningkat dan memiliki pemahaman yang sama soal
literasi dan inklusif.
Ditempat yang
sama, Pengawas SD, Lalu Amir Rizall mengatakan semua persoalan guru jawabannya adalah PDIAE. Disini guru harus kreatif, oleh
karena itu disekolah binannya, dirinya akan melakukan hal yang sama dan salah
satunya adalah materi literasi. Untuk itu pembinaan lebih intensif dan
pendekatan in on artinya diberikan materi on itu mempraktekkan yang didampingi
oleh kepala sekolah, sebab selama ini dia menilai Kepala Sekolah (Kasek) tak terbiasa
melakukan seperti itu dan guru tak terbiasa disupervisi sehingga nantinya
diharapkan Kasek terbiasa melakukan supervisi dan guru terbiasa disupervisi.
Dengan sistim ini kata Rizall ada kreasi guru
akan terbangun. PDIAE keunggulannya ketika ada masalah di sekolah maka akan
cari solusi sendiri. “Kita juga berharap ada kreasi yang bisa diadopsi oleh
sekolah lain. Contoh kecil, menyelesaikan kalipatan terkecil. Guru kita masih
sangat monoton. Guru tidak hanya menerima tetapi memberi sesuatu di KKG ini.
Kami punya konsep di sini hasil in on ada instrumen yang harus diisi apa yang
menjadi kelebihan di sekolah itu untuk jadi in atau diterapkan ditempat lain”
jelasnya.
Harapannya, guru ada ketertarikan untuk
berkreasi dan akan tumbuh kreatifitas guru untuk membuat media dan mampu
mengajar untuk tingkat tinggi. Untuk menggunakan media di alam sekitar, jangan
hanya beli tapi bagaimana barang bekas bisa dimanfaatkan bahkan siswa
yang sendiri membuat media sendiri. “Harapan setiap keluar main, ada diskusi
apa yang sudah disampaikan tadi saat ngajar, di ruang guru sehingga apa yang
menjadi persoalan akan bisa dirumuskan pemecahannya” jelasnya. am
Via
Berita NTB
Posting Komentar