Berita NTB
Pemerintahan
Jika demikian adanya, mimpi mendapat Adipura saja sulit apalagi kenyataan.
Satu Persatu Armada Angkut Sampah DLH Jadi Barang Loak
Lombok Tengah, SN- Saat ini Potret sampah di Kabupaten Lombok
Tengah masih buram meskipun sedikit demi sedikit mulai dibenahi. Kesadaran
masyarakat akan kebersihan lingkungan menjadi titik tolak menuju Kota Praya
yang bersih indah, lestari dan nyaman itu. Namun Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Lombok Tengah cukup kerepotan menjaga dan mengawasi tingkah laku tak
terpuji pembuang sampah sembarangan di pinggir jalan, sebab mereka membuang
sampah saat tak diawasi petugas atau dilakukan pada malam hari bahkan dinihari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup L.Rahadian
mengatakan selama ini pihaknya kerepotan menemukan pelaku pembuang sampah itu
sebab dilakukan pada malam hari meskipuns empat menangkap basah pembuang sampah
pinggir jalan.
Lihat saja tumpukan sampah di tepi jalan menuju
Renteng. Sampah sengaja dibuang dipinggir jalan oleh orang tak dikenal padahal
ditempat itu ada Perumahan. Yang lebih menggelikan serta yang membuat kepala
kita menggeleng adalah tumpukan sampah di pinggir jalan dekat rumah sakit dan
di bibir bendungan Surabaya. Tak pernahkah masyarakat berfikir sesadar sadarnya
bahwa membuangs ampah ditempat itu akan mengganggu kesehatan masyarakat
terutama pasien rumah sakit ?. Sungguh ironi dimana Rumah Sakit yang harusnya
steril dari sampah namun harus menerima kenyataan sampah berserakan di
dekatnya. Bahkan saat musim hujan tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga
mencemari air bendungan tersebut. Lalu apa yang dilakukan Dinas Lingkungan
Hidup ?. Dinas Lingkungan Hidup terus berupaya keras untuk menjadikan Kota
Praya mulai pusat kota hingga pinggir pinggir kota bahkan desa bersih dari
sampah, hanya saja upaya Dinas LH itu tak akan ada artinya manakala tidak
didukung oleh masyarakat itu sendiri maupun fasilitas persampahan.
“ Kesadaran masyarakat akan kebersihan masih
sangat lemah. Untuk itu perlu ada kepedulian dari desa masing masing untuk
mengelola sampah tersebut. Tak bisa andalkan pemerintah saja, jadi harus ada
kerjasama semua pihak termasuk desa dalam menangani sampah ini" ujarnya.
Jika demikian adanya, mimpi mendapat Adipura saja sulit apalagi kenyataan.
Memang kata Rahadian
Kabupaten Lombok Tengah pernah mendapat Adipura saat era Kepala Kantor LH H.Ijazudin
namun dulu Pasar dan TPA belum masuk dalam aitem penilaian. Sekarangd engan
masuknya dua aitem itu maka akan sangat sulit mengejar Adipura apalagi dengan
tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah seperti sekarang ini. “Kesadaran
masyarakat masih kurang. Masyarakat tidak buang di TPS dan jam diluar jam 07.00
wita. Jam di atas jam 07.00 wita, armada pengangkut sudah bergerak” ujarnya.
Sebenarnya Pemda
Lombok Tengah sudah membuat Perda no 5 tahun 2015 tentang pengolahan sampah.
Diperda itu dimuat tentang punishmant
cukup keras soal sanksi termasuk reward bagi siapa saya baik perorangan
maupun kelompok yang peduli sampah hanya saja Standar Operasional Pelaksanaan
masih belum ada.
Memang kata Rahdian ada
perubahan dari tahun ketahun, contoh beberapa TPS sudah ditutup seperti di lingkungan
Tanpar Ampar, Depan Cafe Plamboyan dan
beberapa tempat lainnya hanya saja diakuinya armada pengangkut sangat kurang
dan kondisinya sudah usang. Disamping itu kontainer juga jadi kendala, manakala DLH mengedukasi masyakakat
buang sampah ditempatnya namun armada dalam kota saja belum cukup untuk mengakutnya.
Armada angkut
saat ini sebanyak 10 unit Mobil Truk namun layak pakai 5 unit. Ambrol 7 unit, 3
unit layak pakai, roda 3 sebanyak 15 unit namun layak pakai 9 unit. Container
27 unit namun yang layak pakai 19 unit yang lain masih bolong bolong. Ideal
dengan produksi sampah truk 1 hari 1714 meter kubik. Daya angkut 5 kubik angkut
maka bisa dibagi. Baru idealnya 300 rate sehari kalau semua sampah perhari
diangkut dari jumlah sampah. Kalau petugas tukang sapu 108 orang, pengangkut smpah
44 orang, supir truk dan amrol 18 orang. Roda tiga 15 orang. Ke depan semua TPS
akan ditutup kecuali pasar Renteng dan Bulayak. Armada roda 3 akan ke gang gang
menjemput sampah.
Yang masih kurang
pelibatan masyarakat dan sekarang setiap kelurahan punya kelompok peduli sampah
dan sudah jalan, sudah pembeli berapapun sampah oleh bank sampah. “Kita sudah
sosialisasi ke ibu ibu GOW dan PKK sudah dilatih 200 orang untuk jadi barang
produktif. Diharapkan semua lingkungan seperti itu maka 70 % sampah tak akan ke
TPA atau TPS, waktu dekat anak anak sekolah juga” jelasnya. Di LH tak lagi
pakai air kemasan tapi pakai gelas dan tak pakai kotak tapi pakai piring untuk
kurangi sampah.
Bagaimana dengan luar kota
?, Rahadian mengatakan sudah koordinasi dengan desa. Minimal punya Armada dan
ada TPS. Desa Kopang malah punya truk, kalau roda tiga silahkan beli. Optimis
sebelun KEK dan Moto GP operasi desa sudah bersih
Via
Berita NTB
Posting Komentar